Review Episode 12 Love Live! Sunshine!!: Ini Waktunya Untuk Terbang

Доброе утро, спаси́бо.... (Dibaca: Dobroye Utra, Spasiba...)



Umm... Aku tidak menyangka bakalan kesulitan untuk menulis review episode ini. Salah satu faktor utamanya adalah waktu luang saya yang begitu terbatas. Well, baru sempet nonton hari selasa sih trus kelupaan gara-gara keasyikan nonton konser Idolm@ster CG ke-3 (ntah, sudah nonton untuk ke-10 kalinya mungkin (lumayan 6 jam lebih abis), trus Tutur Tinular... err, yah begitulah! Jadi, pada akhirnya baru kesempatan nulis hari Jum’at. Well, kasih tau aja kalo ada typo yah. Wwww...

Selain alasan diatas, alasan lainnya mengapa review ini sukar ditulis adalah karena aku gak dapet stong point yang harus aku bagikan. Overall, ceritanya terlalu Slice of Life dan gak terlalu nge-twist seperti episode 10. Yah, bukannya jelek sih, ada yang menarik juga kok, tapi yah biasa aja.



Successfully Passed 


Cerita ini dibuka dengan kegelisahan Raden Wijaya setelah mendapat informasi dari para Patih bahwa Kerajaan Gelang-Gelang sudah mengumpulkan pasukan di luar perbatasan untuk menyerbu Ibukota Kerajaan Singasari namun Raja Kertanegara masih bersikukuh dengan pendapatnya yang tidak mau mempercayai itu. para member Aqours yang tidak sabar mengetahui hasil babak awal Love Live! setelah penampilan minus satu member sebelumnya.

Ada banyak reaksi lucu dari gestur setiap gadis untuk mengatasi rasa gelisah mereka, seperti Kanan yang gak bisa kalem (most funny for me), Hanamaru yang harus makan roti, Yoshiko dengan ulah Chunnibyo-nya. Pada intinya mereka akhirnya berhasil lolos dan pada saat yang sama Riko juga memberitakan kepada teman-temannya tentang kemenangan kompetisi pianonya.


Semua orang senang dan makan Sashimi pun menjadi terasa semakin nikmat, apalagi gratis pemberian dari keluarga Kanan. Sekilas sepertinya perjalanan karir idola mereka di masa depan akan bersinar cerah. Secerah langit pagi yang saat ini menyinari para gadis di sekolah Uranohoshi, langit pagi yang sama yang dirasakan oleh Riko di kota Tokyo. Namun semua itu berubah ketika kutukan laten NOL kembali menyerang layaknya Mr. Crocker yang selalu memiliki cara untuk membuat Timmy mendapatkan nilai F di setiap testnya.


Password is Zero


SMA Uranohoshi dan Otonokizaka memiliki latar belakang permasalahan yang sama. Sekolah mereka berencana untuk ditutup karena jumlah pendaftar yang semakin minim, bahkan di kasus Uranohoshi jumlah murid yang mendaftar (pasca Aqours terbentuk) adalah Zero. Karena itulah terciptalah Idol grup sekolah untuk menyelamatkan popularitas sekolah mereka.

Perbedaannya dari keduanya adalah meskipun µ’s dan Aqours sama-sama mengikuti Love Live! namun µ’s hanya menggunakan kompetisi itu sebagai batu loncatan untuk menarik perhatian massa (sebelum acara Open School). Berbeda dengan Aqours yang berpikir untuk berusaha memenangkan Love Live! terlebih dahulu dan berpikir bahwa selanjutnya fans mereka akan otomatis tertarik bergabung ke sekolah mereka.

Faktor eksternal yang membuat sekolah Uranohoshi tidak populer adalah jumlah penduduk daerah Uchiura yang begitu sedikit, angka kelahiran anak yang begitu rendah, dan faktor lokasi yang tidak strategis. Aku pikir tidak benar jika sekolah ini tidak dicintai oleh penduduk kotanya seperti ulasanku di episode 6, yah mungkin karena jumlah anak SMP-nya yang begitu sedikit di kota itu (yah, walaupun sekolah ini di dunia nyata adalah sekolah SMP sih). Ini mengingatkanku dengan kegiatan 17-an di kampungku kemarin dimana jumlah peserta lomba untuk anak kecilnya begitu sedikit, kurang dari 10 orang, berbeda pada masa remajaku yang bisa mencapai 20 orang dan diadakan begitu meriah. Ada yang ngalamin hal yang sama? :]


In fact, mereka sebenarnya terkenal... Tapi hanya dikalangan anak SMA sendiri.Kecual Dia


Not A-µ’s: Not Amused


Faktor Zero kembali menghantui Chika dkk, padahal dia baru saja sembuh dari penyakit itu kemarin. Meskipun Chika yang sejak awal berusaha mengikuti jalan sukses µ’s secara taat namun itupun tetap tidak membuahkan hasil yang sama bagi grupnya. Kecewa, dia lalu berusaha mencari jawabannya sendiri dengan melakukan napak tilas berziarah ke tanah suci Akihabara, Tokyo.


Di Tokyo, mereka lalu segera menuju ke Kuil Kanda untuk bertemu dengan No... Yup, No one member from µ’s! Malahan mereka bertemu dengan Saint Snow. Entahlah , apakah karena sebelumnya Chika sudah janjian bertemu dengan member SS disana, atau karena memang member SS yang suka cangkru’an disana? Entah, Saint Snow asalnya dari Hokkaido kan? Bukan dari sekolah UTX kan? Entah, yang jelas mereka lalu berpindah ke kafe UTX – mungkin UTX saat ini tidak se-elit pada masa A-RISE?.


Disana, Seira Saint Snow lalu mengungkapkan bahwa alasan mereka menjadi idola adalah kekagumannya dengan A-RISE. Meskipun mereka tidak terlalu mengerti faktor yang membuat A-RISE hebat namun mereka hanya mengerti bahwa untuk mengikuti A-RISE itu berarti mengikutinya hingga kepada satu tujuan, yaitu untuk menang!

Sementara itu Chika yang masih terinfeksi penyakit zero-phobia tetap tidak puas dengan jawaban Seira tersebut. Masih dilanda kegalauan, mereka harus menghadapi hype kompetisi Love Live! yang terpampang nyata di hadapannya dan itu membuat para member Aqours menjadi semakin tertekan dan tegang. Riko yang melihat itu lalu menyarankan Chika dkk untuk berziarah ke mantan sekolahnya, SMA Otonokizaka demi bertemu Ho... Horang sudah dibilangin gak ada siapa-siapa disana!


Tapi, mereka bertemu salah satu murid disana, dan gadis fusion Kotori-Hanayo-Rin itu lalu menceritakan bahwa sudah tidak ada hal lagi yang berkaitan dengan µ’s disekolah itu, seluruh jejak sejarah kebesaran mereka sudah digadaikan sehingga tidak ada yang tersisa ditempat itu. Hal itu dilakukan demi menjauhkan diri dari bahaya membeludaknya para wota maniak yang terus datang untuk berziarah dan mungkin bisa mengganggu ketenangan murid disana. Lalu mereka bertemu dengan sesosok penampakan anak kecil fusion dari Honoka-Nozomi-Eli? yang sedang bersama dengan ibu muda fusion Nico-Umi-Maki?.
Chika lalu mengerti bahwa ini semua adalah kehendak dewa (tung-trang-trang-trang-tung-tungg... (SFX Uttaran), Riko bertanya apakah dia puas telah datang disini dan menjawabnya puasss!! dan kemudian dia mengakhiri ziarahnya dengan memberikan salam hormat terhadap gedung sekolah itu. Sesaat setelah itu tiba-tiba gadis fusion itu menghilang tanpa jejak maka terkejutlah mereka dan mulai berpikir bahwa itu mungkin adalah penampakan dewi penunggu Otonokizaka.


Meskipun agak horror, Mereka lalu memutuskan untuk mengakhiri perjalanan dengan naik kereta. Chika meminta untuk duduk sendirian, kedua selirnya pun turut menyetujui itu, namun mereka tidak tahu bahwa sebenarnya saat itu Chika sedang mencoba berkomunikasi dengan kakaknya yang tertua, kakak laki-lakinya secara spiritual dan menceritakan pengalaman ghaib tersebut termasuk cerita gagalnya dia bertemu Honoka disekolah itu.


Kakaknya lalu memarahi dia bahwa sebenarnya kenapa dia harus repot-repot ke SMA itu, padahal dia seharusnya pergi ke Toko Manisan Homura saja! Namun nasi sudah menjadi fried rice, maka kakaknya menyarankan agar dia menemui Umi apabila ke Tokyo lagi. Chika yang salah mendengar itu mengartikan bahwa dia harus melihat pantai, di saat yang sama Kereta sedang berhenti di Nebukawa Station (根府川駅) di Odawara, Prefektur Kanagawa. Dia lalu menyuruh rekan-rekannya untuk turun demi mendapatkan wangsit berikutnya, padahal Riko sudah memperingatkan bahwa dia sudah tidak punya uang buat naik kereta lagi karena sudah habis untuk berburu buku doujin di Comiket.


Dengan berat hati pada akhirnya mereka semua sepakat untuk turun ke pantai sambil memandangi langit ufuk sore senja yang semakin jingga diiringi matahari yang tenggelam seraya memperhatikan garis tepi pantai yang horizontal demi membuktikan apakah bumi itu bulat atau datar. Namun ketika Chika mengingat bahwa bumi itu bulat maka semakin galaulah hatinya ketika sadar bahwa bulat=nol=zero! Beruntung teman-temannya datang menyertai dia, pada saat itulah dia sadar bahwa udah gak jamannya lagi jadi pengekor, ini waktunya untuk move on... dari µ’s!


Dewa Poseidon yang mengetahui bahwa mereka tidak berminat menjadi pengikut Dewi Muse lagi menjadi senang setelah mendengar keputusan Chika tersebut, lalu dia mengutus seekor burung kecil yang menjatuhkan sehelai sayapnya untuk Chika. Demikianlah Chika mendapatkan benda pusaka yang diberikan oleh dewa kepada mereka sebagai jimat keberuntungan untuk kompetisi berikutnya.


^ itu tadi adalah contoh cerita yang nge-twist


Move On


Jauh sebelum µ’s menyatakan graduation secara resmi dari dunia persilatan idola sekolah, mereka telah sepakat untuk membubarkan diri saat kelas tiga telah lulus. Dan ini diperkuat dengan serial movie yang menceritakan bahwa mereka tidak akan meniti karir idola profesional layaknya A-RISE. Satu hal yang bisa dimengerti dari keputusan Honoka dkk adalah mereka tidak sedang membangun citra diri dan dikenang layaknya seorang pahlawan sekolah. Sederhana, mereka cuma ingin menciptakan momentum yang bisa membuat aliran menjadi dinamis. Karena itulah mereka mau repot-repot berusaha menyelamatkan sekolah, ataupun repot-repot pergi ke NY demi menyelamatkan kompetisi Love Live! begitulah pembahasanku di episode 1.


“.....Karena begitulah mereka menginginkan itu” – mbak-mbak random yang juga ngisi suara Rem

Pada akhirnya perjalanan mereka ke Tokyo, selain untuk jalan-jalan dan menjemput puteri Riko, juga sebagai waktu yang tepat untuk merefleksikan diri tentang tujuan mereka di masa depan, apakah harus terus terpaku dengan µ’s, apakah mengejar kemenangan seperti Saint Snow, atau apa?


Chika menjawab supaya mereka berhenti membandingkan grup Aqours dengan µ’s. Mencari jalan yang baru dan bersinar dengan bebas, bukannya hanya mengejar cahaya yang sudah ada, seperti lirik tema opening serial ini – Aozora Jumping Heart. Menjadi bebas dan jujur dengan diri sendiri itulah formula utama yang dirumuskan oleh Aqours untuk bisa menjadi original. Dan itu memang perlu.

Kini tujuan awal mereka telah ditetapkan yaitu untuk memecah angka Nol itu menjadi Satu. Bagaimanapun juga mereka masih gregetan dengan hasil yang tidak sesuai harapan ini. Mereka akan terus mencoba menghasilkan sesuatu bukannya menunggu sesuatu itu terwujud dengan sendirinya. Dan begitulah inti dari Move On yaitu Menerima kenyataan yang ada, lalu menerima dirimu apa adanya, tidak mencoba meniru ataupun mengikuti orang lain melainkan mencoba menemukan tempatmu sendiri.


Random Tought.

terlalu tjantik untuk cuma dijadikan chara random, y  know?!

Perkataan yang diucapkan oleh orang yang telah mengijinkan adiknya sendiri untuk pergi ke Tokyo seorang diri bersama Chika dkk di eps 7
 
Riko dan fetish Kabe-don

Banyak makan ikan segar itu mungkin kunci Kanan bisa tumbuh jadi anak yang "sehat"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film: A Silent Voice (Koe no Katachi - 聲の形)

Gereja Musik Praise and Worship Team di Dunia

This is Living - Hillsong Young & Free (Terjemahan Indonesia)